Latest Posts

Jumat, 19 Maret 2010

Pengaruh NFP Terhadap Pergerakan Dollar AS.

(Vibiznews -FX) - Salah satu indikator fundamental ekonomi yang memiliki dampak yang cukup kuat dan signifikan terhadap pergerakan kurs pada perdagangan forex adalah Non-Farm Employment Change Amerika Serikat, indikator ini biasa juga disebut dengan Non-Farm Payrolls, NFP atau Employment Change.

Indikator NFP merupakan data statistik yang dikeluarkan oleh United States Department of Labor sebagai salah satu laporan yang menunjukkan kondisi pasar tenaga kerja AS, dan walaupun terjadi perubahan pada latar belakang situasi ekonomi, sejauh ini indikator tersebut masih memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap pergerakan kurs terutama Dollar AS.

Interpretasi Ekonomi Indikator NFP.


Secara umum interpretasi terhadap perubahan NFP atau perubahan jumlah penduduk AS yang dipekerjakan, dapat diinterpretasikan sebagai dua hal.

Yang pertama adalah membaiknya/memburuknya sektor bisnis AS, yang ditandai dengan meningkatnya jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan. Adapun interpretasi yang kedua adalah menandakan potensi membaiknya/memburuknya daya beli masyarakat dengan semakin meningkatnya/menurunnya jumlah penduduk yang menerima upah atau gaji.

Dengan adanya dua macam interpretasi ini tidaklah mengherankan jika indikator ini memiliki dampak yang signifikan terhadap sektor keuangan termasuk didalamnya perdagangan valuta asing (forex).

Selain dampaknya terhadap bisnis dan ekonomi secara umum, aspek kecepatan dirilisnya data ini (up to date) menyebabkan indikator ini sangat diperhatikan oleh investor pada sektor keuangan.

Informasi Sekunder Yang Diperhatikan Investor.

Selain informasi primer yaitu membaik atau memburuknya penyerapan tenaga kerja AS, informasi lain atau informasi sekunder yang juga menjadi pertimbangan dalam rilis data NFP ini adalah :

1. Tingkat pengangguran secara umum.
2. Rata-rata upah per jam dan jumah jam kerja dalam satu minggu.
3. Revisi pada rilis data sebelumnya.

Adanya beberapa faktor tambahan yang menjadi perhatian investor ini juga,memberikan dampak terhadap pergerakan kurs. Efek dari informasi sekunder ini dapat memperbesar efek dari informasi primer dan dalam beberapa kasus tertentu informasi sekunder dapat meredam dampak dari NFP tersebut sehingga seolah-olah teranulir.

Berikut pengamatan atas dampak rilis data NFP dalam 6 bulan terakhir dibandingkan pergerakan Dollar AS yang dalam hal ini direpresentasikan oleh indeks Dollar AS.

Catatan.

Pada setiap gambar garis merah vertikal merupakan waktu rilis data dan time frame grafik adalah M30. Informasi yang bertendensi negatif dicetak dengan warna merah sedangkan informasi bertendensi positif dicetak dengan warna biru.


Rilis data : 5 Maret 2010.

Rilis data : 5 Februari 2010

Rilis data : 8 Januari 2010

Rilis data : 4 Desember 2009.

Rilis data : 6 November 2009.

Rilis data : 2 Oktober 2009.
read more...

Peta Perbankan Indonesia Berkenaan Penerapan API

(VibiznewsEconomy) – Hari Rabu kemarin BI telah merilis daftar 10 bank terbesar di Indonesia. Sepuluh bank terbesar ini disusun berdasarkan jumlah aset yang dimiliki. Terpantau bahwa Bank Mandiri masih menjadi bank dengan total aset terbesar di Indonesia. Adapun ke 10 bank terbesar nilai asetnya di Indonesia per bulan Desember 2009 lalu adalah: (Nilai aset dihitung dalam triliun rupiah)(11/03)

1. PT Bank Mandiri Tbk – 328.01
2. PT BRI Tbk – 250.54
3. PT BCA Tbk – 247.61
4. PT BNI Tbk – 198.92
5. PT Bank Danamon Tbk – 102.98
6. PT Bank CIMB Niaga Tbk – 74.48
7. PT Pan Indonesia Bank Tbk – 68.14
8. Citibank NA – 55.49
9. PT Bank Permata Tbk – 54.37
10. PT BII Tbk – 53.09

Peta Kepemilikan Perbankan Indonesia Masih Bias ke Asing

Dilihat dari 10 bank dengan jumlah aset terbesar di Indonesia tersebut ternyata porsi kepemilikan asing dalam perbankan Indonesia tampak cukup besar. Tercatat pada tahun 1999, porsi kepemilikan asing di perbankan nasional hanyalah sebesar 11.6%. Kemudian pada akhir tahun 2007, porsi kepemilikan asing melejit hingga 44.6%. Apalagi, setelah HSBC melakukan akuisisi terhadap 88.89% saham Bank Ekonomi senilai $607.5 triliun, kini porsi kepemilikan asing mencapai nyaris separuh industri perbankan nasional, atau tepatnya 47.02%.

Bank Central Asia (BCA), misalnya, 51% sahamnya dikuasai oleh Farindo Investment, yakni sebuah perusahaan yang 90% kepemilikannya dimiliki oleh konsorsium asing, yakni Farallon Capital asal Mauritius. Penjualan BCA ini sempat heboh, karena transaksi ini dipercaya merugikan negara. Selain itu, sejumlah bank-bank terbesar lainnya di Indonesia juga dikuasai asing. Dari kesepuluh bank terbesar di atas tercatat bahwa Bank OCBC NISP memiliki porsi kepemilikan asing paling besar, yaitu mencapai 72%, yang dimiliki oleh OCBC. Danamon menyusul dengan kepemilikan sebesar 68.8% oleh Temasek Holding. Sementara itu CIMB Niaga memiliki porsi kepemilikan oleh CIMB Group sebesar 60.38%. Bank Panin dimiliki oleh ANZ Bank sebesar 38%. Permata sebesar 44.6% sahamnya dimiliki oleh Standard Chartered, dan BII tercatat dimiliki oleh Maybank sebesar 55.85%.

Selain bank- bank tersebut, juga masih ada bank-bank kecil yang dijual ke asing, seperti Bank Halim, Bank Nusantara, Bank Haga, Bank Hagakita, Bank Swadeshi, Bank Indomonex, Bank Swaguna, dan Bank ANK yang sebagian besar kini sudah menjadi milik investor asing mulai dari Cina, Jepang, Australia, Belanda, hingga India. Maraknya pencaplokan bank nasional oleh asing antara lain disebabkan peraturan Arsitektur Perbankan Indonesia (API) yang mewajibkan bank untuk memenuhi jumlah aset minimum sebesar Rp 80 miliar pada tahun 2007, kemudian Rp 100 miliar pada tahun 2010.

Isu Penerapan API Picu Maraknya Kepemilikan Asing di Perbankan Indonesia
Sekitar dua tahun lalu, marak terdengar isu API (arsitektur Perbankan Indonesia) yang diluncurkan BI. API yang rencananya akan dicanangkan pada tahun 2010, menyebabkan banyak bank berlomba mengumpulkan aset sebanyak mungkin. Melalui API, BI mencoba mengatur struktur bank di Indonesia (jumlah bank). Direncanakan bank-bank akan diklasifikasikan menurut jumlah asetnya, dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Bank internasional dengan kapasitas dan kemampuan untuk beroperasi di wilayah internasional serta memiliki aset di atas Rp50 triliun; –>2 s/d 3 bank saja

2. Bank nasional yang memiliki cakupan usaha yang sangat luas dan beroperasi secara nasional serta memiliki aset antara Rp10 triliun s/d Rp50 triliun; –>3 s/d 5 bank

3. Bank fokus yang kegiatan usahanya terfokus pada segmen usaha tertentu sesuai dengan kapabilitas dan kompetensi masing-masing bank. Bank-bank tersebut memiliki aset antara Rp100 miliar sampai dengan Rp10 triliun; –>30 s/d 50 bank

4. Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan bank dengan kegiatan usaha terbatas yang memiliki aset di bawah Rp100 miliar.–> unlimited

Kebijakan API inilah yang membuat bank-bank besar di Indonesia (bank-bank nasional), terutama yang berurusan dengan usaha pemilik modal besar menjadi sedikit kerepotan. Dengan pembatasan jumlah bank nasional hanya sejumlah 3 s/d 5 bank, membuat bank bank besar nasional Indonesia berlomba-lomba mengumpulkan aset sebanyak-banyaknya. Karena menurut kebijakan API, Bank-bank nasional tersebut jika tidak bisa mencapai asset 10 s/d 50 Triliun, harus rela dicaplok oleh bank lain yang lebih besar kepemilikan asetnya. Sehingga muncul fenomena baru yang terjadi belakangan ini, yaitu munculnya bank-bank jangkar (anchor bank) yang siap mencaplok bank-bank kecil dalam usaha pemenuhan asetnya. Tidak heran juga kalau belakangan ini, banyak bank-bank yang menggaet investor asing (bank asing) untuk memenuhi kecukupan persyaratan asetnya.
read more...

Senin, 15 Maret 2010

The Fed Siap Lakukan Exit Strategy, Sinyalemen Positif Ekonomi AS.

(Vibiznews Economy) - Overnight federal funds rates dilaporkan naik ke tingkat tertinggi dalam 5 bulan terakhir, mengindikasikan bahwa The Fed mulai mempersiapkan exit strategy setelah melakukan injeksi dana kedalam sistem ekonomi AS dalam rangka menghalau krisis.

Adapun meningkatnya tingkat suku bunga overnight ini merupakan sinyalemen bahwa kebijakan moneter darurat atau stimulus moneter akan diakhiri secara berangsur-angsur.

Analis Vibiz Research dari Vibiz Consulting mengemukakan bahwa ditinjau dari satu sisi maka kebijakan The Fed untuk mulai melepas kebijakan moneter darurat tersebut merupakan sinyalemen positif yaitu sinyalemen adanya peningkatan kinerja pada ekonomi AS.

Namun untuk memperoleh gambaran yang lebih utuh mengenai proses recovery ekonomi yang tengah terjadi di AS tersebut masih diperlukan perkembangan kebijakan fiskal.

Mat uang Dollar AS terpantau sedikit menguat terhadap beberapa mata uang utama lainnya merespon perkembangan tersebut. Indeks Dollar AS naik sekitar 0.15% dan berada pada angka 79.89.
read more...

Rupiah dan IHSG Hanya Bergerak Sedikit

(Vibiznews - Economy) - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar rupiah bergerak tipis dalam perdagangan yang cukup sunyi. Investor tidak terlalu banyak mengambil posisi dalam suasana perdagangan menjelang libur Nyepi besok.

Pada perdagangan Senin (15/3/2010), IHSg dibuka melemah 2,812 poin (0,11%) ke level 2.663,699. Pelemahan IHSG terutama dipicu oleh melemahnya saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) yang pagi ini cukup aktif diperdagangkan.

Selain itu, pelemahan saham PT Telkom Tbk (TLKM) yang merupakan saham berkapitalisasi besar hingga Rp 100 menjadi Rp 8.300 turut menekan IHSG.

Sementara nilai tukar rupiah dibuka melemah tipis ke level 9.165 per dolar AS, dibandingkan penutupan sebelumnya di level 9.160 per dolar AS.
read more...

Harga Penawaran Rumah di Inggris Tumbuh Paling Lambat Sepanjang Sejarah

(vibiznewsEconomy) – Pagi hari ini telah dirilis sebuah data ekonomi penting dari Inggris (15/03). Harga penwaran rumah di Inggris mengalami peningkatan paling kecil sepanjang sejarah pada bulan Maret ini. Melambatnya peningkatan harga penawaran rumah ini disebabkan oleh kenaikan kumlah rumah yang hendal dijual.

Harga rata-rata rumah di Inggris dan Wales mengalami peningkatan sebesar 0.1% pada bulan Maret ini, dibandingkan bulan Februari lalu. Harga rata-rata menjadi 229,614 poundsterling (349,000 dolar AS). Peningkatan harga ini merupakan yang paling kecil sejak pengumpulan data ini dimulai pada tahun 2002 lalu.

Kenaikan rumah yang mengecil di Inggrisi ini disebabkan oleh banyaknya pasokan rumah yang hendak dijual saat ini. Di beberapa area tampak terjadi penurunan harga rumah. Sebagai contoh harga rumah rata-rata di London mengalami penurunan sebesar 2.5%.

Jumlah property yang hendak dijual mengalami peningkatan sebesar 30% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sementara jika dibandingkan dengan bulan Februari terjadi kenaikan jumlah pasokan property yang hendak dijual sebesar 18%.

read more...